Senin, 16 Juli 2012

HUMOR PUASA

Ketika Tiba Saat Berbuka Puasa

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya. Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan sholat Dhuha.
Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai. Seusai sholat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.
“Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami.” kata Ahli Yoga.
“Dengan senang hati lalu kapan rencananya?” tanya Abu Nawas polos.
“Besok pagi.” kata Pendeta.
“Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok.” kata Abu Nawas menyanggupi. Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing.
Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal,
“Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian.” kata Pendeta.
Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengurnpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan.
Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, “Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga.”
“Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa.” kata Ahli Yoga.
“Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian.” kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
“Akan tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun.” kata Pendeta.
“Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka.” kata Ahli Yoga. Bukankah aku yang engkau jadikan niat pencari derma Dan derma itu telah ku tukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengizinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal.” kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.
Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengizinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya. Abu Nawas penasaran. Ia mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak. Abu Nawas benar- benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
“Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian.” kata Pendeta kepada Abu Nawas.
“Perjanjian apa?” tanya Abu Nawas.
“Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit.” Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. Ia tidak memberi komentar apa-apa. Malam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. Ia hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, “Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirwana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini.”
Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-betul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya. “Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya.”
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta Abu Nawas hanya diam. Ia bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun. Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dan Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
“Kalian tentu tahu Nabi Khidir. Beliau adalah seorang mahaguru para sufi. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu.” kata Abu Nawas tanpa perasaan bersalah secuil pun.

KISAH LUCU SEPUTAR PUASA

Ketika Tiba Saat Berbuka Puasa

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya. Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan sholat Dhuha.
Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai. Seusai sholat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.
“Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami.” kata Ahli Yoga.
“Dengan senang hati lalu kapan rencananya?” tanya Abu Nawas polos.
“Besok pagi.” kata Pendeta.
“Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok.” kata Abu Nawas menyanggupi. Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing.
Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal,
“Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian.” kata Pendeta.
Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengurnpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan.
Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, “Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga.”
“Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa.” kata Ahli Yoga.
“Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian.” kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
“Akan tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun.” kata Pendeta.
“Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka.” kata Ahli Yoga. Bukankah aku yang engkau jadikan niat pencari derma Dan derma itu telah ku tukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengizinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal.” kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.
Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengizinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya. Abu Nawas penasaran. Ia mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak. Abu Nawas benar- benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
“Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian.” kata Pendeta kepada Abu Nawas.
“Perjanjian apa?” tanya Abu Nawas.
“Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit.” Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. Ia tidak memberi komentar apa-apa. Malam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. Ia hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, “Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirwana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini.”
Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-betul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya. “Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya.”
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta Abu Nawas hanya diam. Ia bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun. Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dan Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
“Kalian tentu tahu Nabi Khidir. Beliau adalah seorang mahaguru para sufi. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu.” kata Abu Nawas tanpa perasaan bersalah secuil pun.


Sudah Seminggu [Tidak] Berpuasa

Seorang ibu agak gelagapan ketika mendapat pertanyaan tiba-tiba dari anaknya, Bedul, 4 tahun, “Ibu kok sudah seminggu ini nggak puasa sih. Ntar dosa lho…”
“Mmm… Ibu sedang mendapat keringanan dari Allah.”
“Keringanan gimana maksudnya, Bu?”
“Seorang wanita itu biasanya sebulan sekali memperoleh keringanan boleh tidak puasa selama kira-kira satu minggu.”
“Ooo…begitu ya, Bedul kira ibu sedang Haid….!!!”

Tugas Kliping Gambar Orang Beribadah

Ketika si Nanang (bukan nama sebenarnya) masih duduk di bangku SD, ia mendapat tugas kliping dari guru PMP-nya (PMP, Pendidikan Moral Pancasila. Sekarang menjadi pelajaran Kewarganegaraan).
“Coba kalian kliping gambar atau foto orang yang sedang menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Kumpulkan minggu depannya”, perintah Ibu Guru kepada Nanang dan kawan-kawannya.
Seminggu berlalu, rupanya si Nanang lupa akan tugasnya. Hari itu, Ibu guru PMP pun menyuruh Nanang dan kawan-kawannya mengumpulkan tugas kliping.
Si Nanang pun kelabakan. Segera ia mengambil pas foto dirinya dari tasnya, dan menempelkannya di selembar kertas dan memberikannya judul ”Tugas Kliping Gambar Orang Beribadah”.
Ibu guru PMP pun memeriksa tugas murid-muridnya. Ketika sampai di meja si Nanang, Ibu guru tersebut pun marah. “Apa maksudnya kamu menempel foto kamu sendiri di lembar tugas kliping ini?, tanya Ibu guru gusar.
Nanang pun dengan tenang menjawab, ”Ini gambar orang sedang beribadah Bu, ibadah puasa”, tandas si Nanang.
(KH. Mustofa Bisri)

Request Pendengar Radio di Bulan Puasa

Seorang pendengar Radio ABCD sedang terlibat percakapan via telepon dengan sang penyiar sekitar pada pukul 16.04 sore:
Pendengar : “Hallo radio ABCD?”
Penyiar : “Betul, dengan siapa niiiy?”
Pendengar : “Dengan Anggi.. Boleh request gak?”
Penyiar : “Boleh… Anggi mau request apa?”
Pendengar : “Tolong puterin Adzan Magrib dong!!”
Penyiar : “!!!!????”





KEISTIMEWAAN SHOLAT TARAWIH

Fadilah Sholat Tarawih

kaligrafi sholat

Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib . Beliau Berkata :

Para sahabatnya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang Fadilah atau Hikmah atau Syafa'at atau ganjaran shalat sunah tarawih di bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW bersabda :

1. Barangsiapa yang Sholat Tarawih di malam pertama ( 1 ), Maka diampuni dosa-dosanya seperti ia baru dilahirkan oleh ibunya.

2. Sholat Tarawih di malam ke dua ( 2 ), Maka orang itu pasti akan mendapatkan ampunan dari Allah dan juga ibu bapaknya yang beriman.

3. Sholat Tarawih di malam ke tiga ( 3 ), Maka malaikat berseru dari bawah Arasy : Hai, hamba Allah lanjutkan pekerjaanmu ( melaksanakan Sholat Tarawih ) Niscaya Allah aan mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu.

4. Sholat Tarawih di malam ke empat ( 4 ), Maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala seakan-akan ia membaca Kitab Taurat, Zabur dan Al-Qur'anul Karim.

5. Sholat Tarawih di malam ke lima ( 5 ), Maka Allah memberikan ganjaran seperti orang yang sholat di Masjidil Haram (Mekah), Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjidil Aqso (Palestina).

6. Sholat Tarawih di malam ke enam ( 6 ), Maka Allah memberikan ganjaran pahala sebanyak Malaikat yang Thawaf di Baitul Ma'mur dan memohon ampunan untuknya.

7. Sholat Tarawih di malam ke tujuh ( 7 ), Maka seakan-akan ia bersama-sama Nabi Musa As. berjuang dan menolongnya untuk menaklukan kedzaliman Fir'aun dan Haman.

8. Sholat Tarawih di malam ke delapan ( 8 ), Maka Allah memberikan karunia seperti Allah memberikan karunia kepada Nabi Ibrahim As.

9. Sholat Tarawih di malam ke sembilan ( 9 ), Maka seakan-akan ia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi Muhammad SAW.

10. Sholat Tarawih di malam ke sepuluh ( 10 ), Maka Allah memberikan kepadanya kebaikan Dunia dan Akhirat.

11. Sholat Tarawih di malam ke sebelas ( 11 ), Maka apabila ia (kita) meninggal dunia maka kita dalam keadaan (Husnul Khotimah) bersih dari dosa, seperti baru dilahirkan ibunya.

12. Sholat Tarawih di malam ke duabelas ( 12 ), Maka pada hari Kiamat, kita (ia) akan menghadap Allah dengan wajah seperti Bulan Purnama.

13. Sholat Tarawih di malam ke tigabelas ( 13 ), Maka ia akan berada pada hari Kiamat, terbebas dari semua keburukan/kesalah-kesalahan.

14. Sholat Tarawih di malam ke empatbelas ( 14 ), Maka datanglah para malaikat, mereka menyaksikan bahwa orang ini telah sholat tarawih satu bulan penuh dan Allah akan menghisabnya (dengan mendapatkan kemudahan).

15. Sholat Tarawih di malam ke limabelas ( 15 ), Maka seluruh Malaikat, juga Malaikat Arasy dan Kursi selalu memohon untuknya Rahmat dan Ampunan.

16. Sholat Tarawih di malam ke enambelas ( 16 ), Maka Allah akan mencatat untuknya bebas dari api Neraka dan diperkenankan masuk Surga.

17. Sholat Tarawih di malam ke tujuhbelas ( 17 ), Maka ia akan diberi ganjaran pahala seperti para nabi.

18. Sholat Tarawih di malam ke delapanbelas ( 18 ), Maka para Malaikat memanggil (berseru-seru) : Hai, hamba Allah, sesungguhnya Allah ridho kepadamu juga kepada Ibu dan Bapakmu.

19. Sholat Tarawih di malam ke sembilanbelas ( 19 ), Maka Allah akan mengangkat/menaikkan derajatmu di dalam Surga Firdaus.

20. Sholat Tarawih di malam ke duapuluh ( 20 ), Maka Allah akan memberimu pahala seperti para Syuhada' (Pejuang) dan Sholihin (orang-orang sholih).

21. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhsatu ( 21 ), Maka Allah akan membangun sebuah istana di Surga untukmu dari Nur (Cahaya yang terang benderang).

22. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhdua ( 22 ), Maka pada hari Kiamat kita akan menghadap Allah dalam keadaan tenang, tidak ada rasa taut, gentar ataupun resah (panik).

23. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhtiga ( 23 ), Maka Allah mendirikan untuknya sebuah kota di dalam Surga.

24. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhempat ( 24 ), Maka ia akan mendapatkan 24 permohonan diterima Allah SWT.

25. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhlima ( 25 ), Maka Allah akan mengangkat/melepaskan ia dari azab kubur.

26. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhenam ( 26 ), Maka Allah akan menerimanya dan ganjaran dari padanya Ibadah selama 40 tahun.

27. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhtujuh ( 27 ), Maka ia akan diberi kemudahan untuk melintas/ menyeberangi lautan api seperti secepat kilat yang menyambar.

28. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhdelapan ( 28 ), Maka Allah akan memberikan kepadanya 1000 derajat dalam Surga.

29. Sholat Tarawih di malam ke duapuluhsembilan ( 29 ), Maka Allah memberikan kepadanya ganjaran 1000 ibadah haji yang mabrur (diridhoi Allah).

30. Sholat Tarawih di malam ke tigapuluh ( 30 ), Maka Allah berkata : Hai hamba-hambaku makanlah buah-buahan dari surga dan mandilah dengan ari Salsabil juga minumlah air Kautsat, Saya tuhanmu dan engaku Hamba-Ku yang sholeh. 


Mencari Keberkatan Dalam Bersahur

  • Rasulullah SAW amat menganjurkan umatnya agar bersahur kerana terdapat keberkatan pada waktu itu. Sabda baginda SAW :
  • “Bersahurlah kamu semua kerana sesungguhnya pada waktu makan sahur itu terdapat keberkatan.” – Hadis riwayat al-Bukhari
  • Maksud kerberkatan di sini ialah wujudnya ganjaran serta pahala yang besar di dalam ibadah sahur tersebut. Menurut al-Hafiz Ibn Hajar al-’Asqalani : “Keberkatan sahur itu diperolehi melalui beberapa segi, iaitu mengikuti sunnah, menyelisihi ahli kitab, menambah kekuatan dan semangat untuk beribadah, menghindari tabiat buruk yang timbul akibat lapar, menjadi sebab untuk bersedekah kepada orang yang meminta saat itu, menjadi sebab untuk berzikir dan berdoa pada waktu yang mustajab dan memberi kesempatan untuk berniat bagi mereka yang belum sempat berniat puasa sebelum tidur.”
  • Antara hikmah disyariatkan bersahur adalah untuk membezakan antara ibadah puasa orang Islam dengan ibadah puasa orang Yahudi dan Kristian (ahli kitab). Sabda Rasulullah SAW :
  • “Pemisah (yang membezakan) antara puasa kita dan puasa ahli kitab ialah makan sahur.” – Hadis riwayat al-Tirmizi.
  • Ibadah sahur adalah ibadah yang begitu agung sehinggakan Allah melimpahkan rahmat dan malaikat-Nya memohon keampunan bagi orang-orang yang makan sahur. Oleh itu, Nabi SAW amat menitik beratkan umatnya untuk bersahur walaupun dengan hanya meminum seteguk air. Sabda baginda SAW :
  • “Makan sahur ada keberkatan. Oleh itu, janganlah kamu meninggalkannya meskipun salah seorang antara kamu hanya meminum seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat ke atas orang-orang yang makan sahur.” – Hadis riwayat Ahmad.
  • Sebenarnya, kita dibenarkan bersahur sehingga fajar terbit, iaitu sehingga azan solat Subuh dilaungkan. Sabda Rasulullah SAW :
  • “Kamu semua boleh makan dan minum sehingga Ibn Ummi Maktum melaungkan azan kerana sesungguhnya dia tidak akan melaungkan azan (melainkan) hingga fajar sodiq benar-benar telah terbit.” – Hadis riwayat al-Bukhari.
  • Hadis ini secara tidak langsung membantah pendapat sesetengah pihak yang tidak membenarkan makan dan minum apabila telah masuk waktu imsak. Apatah lagi Allah sendiri telah menegaskan bahawa dibenarkan makan dan minum sehingga terbit fajar, iaitu apabila azan Subuh dilaungkan. Firman Allah S.W.T:
  • “Makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam kegelapan malam), iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib).” – Surah al-Baqarah: Ayat 187
  • Adalah disunnahkan juga untuk dilewatkan sahur sehingga hampir terbit fajar. Sahal bin Sa’ad r.a berkata:
  • “Aku makan sahur bersama keluargaku, kemudian akupun tergesa-gesa untuk mendapatkan sujud bersama Rasulullah s.a.w .” – Hadis riwayat al-Bukhari.
  • Qadi Iyadh r.h berkata: “Tujuan Sahal terburu-buru makan sahur adalah kerana waktunya sangat dekat dengan terbitnya fajar.”
  • Waktu yang terbaik untuk makan sahur adalah lebih kurang sama dengan kadar waktu seseorang membaca 50 ayat al-Quran iaitu kira-kira 10 hingga 20 minit sebelum azan solat subuh dikumandangkan. Menurut Anas r.a, Zaid bin Thabit r.a berkata:
  • Kami makan sahur bersama Nabi s.a.w , kemudian baginda berdiri untuk solat. Aku berkata: Berapa lama antara azan dan sahur?” Beliau menjawab: “Kira-kira (membaca) lima puluh ayat.” – Hadis riwayat al-Bukhari .
  • Hadis ini telah digunakan oleh mereka yang berpendapat bahawa waktu imsak itu adalah sepuluh minit sebelum terbit fajar. Apabila masuk waktu imsak maka seseorang tidak lagi diperbolehkan makan dan minum. Namun tafsiran yang benar terhadap hadis tersebut adalah Rasulullah s.a.w langsung mendirikan solat subuh setelah baginda makan sahur. Kadar membaca 50 ayat al-Quran antara azan subuh dan sahur bukan waktu imsak seperti yang disangka oleh mereka, tetapi ia adalah kadar waktu Nabi s.a.w memulakan dan mengakhirkan sahur baginda.
  •  
  • Antara hikmah mengakhirkan sahur adalah:
  •  
  • 1. Sekiranya seseorang bangun awal untuk sahur, tentu sekali setelah selesai bersahur dia akan kembali ke tempat tidur. Hal ini memungkinkan seseorang itu meninggalkan solat Subuh.
  • 2. Mengakhirkan sahur juga boleh menambahkan kekuatan bagi orang yang berpuasa. Sekiranya seseorang bersahur terlalu awal maka ia akan menyebabkan seseorang itu cepat merasa lapar, dahaga dan keletihan pada siang harinya.
  •  

Jumat, 13 Juli 2012

10 JURUS KEBAL RASULULLAH SAW

Rasulullah SAW mengajarkan 10 jurus kebal

Manusia selalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari ganguan dan kejahatan orang lain. Banyak cara yang di tempuh dan jalan yang di lalui untuk tujuan ini. Sejak zaman dahulu dalam dunia persilatan telah kita dengar berbagai macam nama ilmu kesaktian. Kalau dulu anda pernah mengikuti sandiwara Saur sepuh tentu anda akan kenal pada Ajian serat jiwa dan Lampah umpuh ilmu pamungkas raja Madangkara Brama kumbara.Di zaman rudal dan senjata mutakhir sekarang ini pun masih banyak orang yang mengejar ilmu kesaktian semacam ini, dengan berbagai macam tujuan dan alasan. Untuk menjaga diri, agar tekenal sebagai jawara, atau mungkin seorang ustadz atau dai’ mempelajarinya agar da’wahnya lancar karena dapat mengalahkan atau paling tidak melindungi diri dari kejahatan orang yang tidak senang pada kebaikan.
Perlu juga kita ketahui, ilmu kadikjayaan ini ada dua sumber yang berbeda, biasa dikenal dengan sebutan ilmu hitam dan ilmu putih. Ilmu putih adalah kesaktian yang diperoleh dengan amalan tertentu yang tidak bertentangan dengan syariat islam, sedangkan ilmu hitam adalah kebalikannya kesaktian itu diperoleh dengan malakukan suatu amalan yang dilarang Allah.
Dalam tulisan ini saya ingin meunjukkan pembaca pada suatu kesaktian luar biasa sangat penting untuk kita miliki, khususnya yang berkecimpung dalam dunia da’wah. Ilmu ini adalah ilmu kebal yang diajarkan dan diwariskan Rasulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya.
Yang saya maksud dengan ilmu kebal disini bukan kita tidak mempan disabet pedang, atau tidak bisa ditembus oleh peluru. Ilmu kebal tingkat tinggi yang diajarkan Rasulullah SAW adalah kekebalan hati. Orang yang menguasai ilmu ini tidak akan mudah sakit hati, tidak gampang tersulut kemarahannya, tidak gampang termakan hasutan orang, jauh dari dengki dan hasud sehingga hidupnya terasa benar-benar tentram.
Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci dihina disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali pulang dari masjid Beliau diludahi oleh seorang kafir, suatu hari Raulullah SAW tidak mendapati orang tersebut, ketika Rasulullah mengetahui orang itu ternyata sakit beliau bergegas untuk menjenguknya, dan sebab itulah orang tersebut masuk islam. Dalam perjalanan da’wah ke Taif pun tidak kalah pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi, Rasulullah SAW ditolak oleh pemimpin Tsaqiif bahkan beliau dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.
Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka Rasulullah SAW menolak bahkan Rasulullah SAW mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.
Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?
Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada disekitar kita. Padahal perasaan seperti itu kalau dibiarkan akan mengganggu kesehatan jasmani juga, seperti penyakit darah tinggi, jantung dan lain-lain. kalau begitu kiranya anda sangat perlu untuk mendalami jurus-jurus sakti ini.

BERCERMIN DENGAN KEHIDUPAN ORANG LAIN

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Kisah Nenek dan Minyak Goreng

Kisah Nenek dan Minyak Goreng
Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuahmetromini yang menuju ke stasiun KA.
Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai. Kelok-berkelok. Hmm…dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana.
Saya pun menjawab mau kerja, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya.
Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya.
Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis.
Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Allah memang maha bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya.
Sudah beberapa saat waktu sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kerja. Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi.
Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya.
Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil.
***
Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya.
Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek

Realita Kejadian WTC Tersirat dalam Al-Qur’an

Keruntuhan Gedung WTCALLAHU AKBAR !! ternyata kehancuran gedung WTC sudah tertulis dlm Al Qur’an…
Siapa sangka Kejadian 11 september 2001 ini terdapat dalam Al- Quran. Ternyata Allah telah memberikan kabarnya 14 abad yang lalu tanpa diketahui oleh manusia. Ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur’an yang telah membuktikan kejadian pada masa yang akan datang. Tragedi WTC ada dalam Surah At-Taubah Ayat 109 : Terjemahan “Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang- orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh , lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Zalim.” Disitu disebutkan keruntuhan sebuah bangunan karena yang mendirikannya adalah orang -orang yang zalim. Pada Surah At-Taubah di atas telah disebutkan kata ditepi jurang yang runtuh yang dalam arabnya “JURUFIN HAR”. ulama tafsir dulu menterjemahkan kata ini sebagai “tepi jurang yang runtuh” ternyata 14 abad kemudian kata tersebut menjadi nama sebuah jalan dikota New York tempat berdirinya WTC, iaitu : Jalan JERF HAR. Subhanallah!! Kita ingat kejadian Gedung WTC runtuh pada tanggal 11-9-2001 . Mari kita lihat beberapa kesamaan (yang mestinya bukan hanya kebetulan semata-mata ) :
1. Tanggal 11 adalah tanggal terjadinya tragedi WTC , apakah suatu kebetulan bila surat At Taubah terletak pada juz ke 11 .
2. Bulan terjadinya tragedi itu adalah bulan September (bulan ke 9) , apakah secara kebetulan jika surat At Taubah berada pada urutan ke 9 dari Alquran.
3. Tahun terjadinya tragedi itu adalah tahun 2001 , apakah secara kebetulan pula bila jumlah huruf dalam surat At Taubah terdiri dari 2001 huruf.
4. Jumlah tingkat di gedung WTC ada 109 tingkat, sekali lagi apakah mungkin kebetulan – berulang sampai 4 kali – bila hal tersebut sudah tertulis dalam Surah At Taubah ayat 109 . SubhanAllah, Maha Suci Allah dan sungguh benar Muhammad adalah Rasul-Mu ! Sungguh benarlah firman-Mu : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda ( kekuasaan) Kami di segenap penjuru langit dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al Qur’an itu adalah benar. (Al Qur’an, surah Al Fushshilat 53) Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Allahu Akbar !
” Wallahu a’lam
والله أعلم

Rasulullah dan Jeruk Limau

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sebenarnya cerita ini sudah banyak tersebar di banyak blog dan tempat lain, tapi… saya hanya ingin berbagi kepada sahabat semuanya satu kisah yang membuat saya terharu saat pertama kali membacanya….
Semoga kita senantiasa mampu mengingat dan memaknai cerita ini untuk terus berbenah dan menjadi berbekal,
Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum.
Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda.
Sahabat-sahabat agak heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan “Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengenyetkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.”
Begitulah akhlak Rasulullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil-kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, dan dari orang bukan Islam pula. Wanita kafir itu pulang dengan hati yang kecewa. Mengapa? Sebenarnya dia bertujuan ingin mempermain-mainkan Rasulullah SAW dan para sahabat baginda dengan hadiah limau masam itu. Malangnya tidak berjaya. Rancangannya di’tewas’kan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.

Bunda, Umar Sayang Bunda

“Bunda, kenapa Allah gak kasih kita hidup enak yah?” tanya seorang anak pada ibunya.
“Mungkin karena Allah amat sayang sama kita,” jawab bundanya dengan santun.
“Begitu ya, bunda?” Anaknya berujar.
“Iya, nak. Allah amat sayang sama kita, Allah gak mau kita terlena sama nikmat dunia,” sambil meneteskan air mata Bundanya berujar pelan.
Sore pun menjelang, bersiaplah Umar kecil untuk pergi ke masjid dekat rumahnya. Mengenakan peci kesayangannya dan kain sarung yang agak kumal. Langkahnya berpacu dengan suara iqamah petang itu.Dari sudut jendela, bundanya tertegun melihat anaknya amat riang mendengar panggilan Allah itu.
“Ayo, nak, bergegas. Jangan sampai kau telat shalat maghrib ini!” teriak bundanya dari balik jendela.
“Iya, Bunda. Assalamu’alaikum. ..” jawab Umar.
Bangga rupanya bunda Umar ini, melihat pelita kecilnya rajin ibadah. Matanya berkaca-kaca saat teringat Ramadhan tahun yang lalu.
“Sayang, andai kau lihat anak kita saat ini, dia lucu sekali,” gumam bunda Umar dalam hati.
Melayang pikiran bunda Umar, mencoba mengingat setahun yang lalu di kamar ini. Selepas ia tunaikan shalat maghrib, diraihnya Mushaf kecil agak kusam lalu air matanya menetes perlahan.
“Sayang, aku rindu saat-saat itu,” lirihnya pelan sebelum membaca Ar-Rahman malam itu.
“Andai kau ada di sini sayang, melihat tingkah Umar yang lucu. Memegang pipinya yang tembem, kau elus rambutnya yang lebat. Akhhh… Betapa nikmat, sayang. Andai Allah berikan kesempatan kita berkumpul kembali, menikmati lantunan suaramu saat kau jadi Imam kami, kau bacakan surat kesukaanmu, kau do’akan kami semua agar kami sehat selalu. Kau berikan tanganmu untuk kukecup tanda baktiku untukmu. Kau elus kepala imut Umar, sayang. Andai kesempatan itu kembali terulang.”
“Bunda, kenapa nangis?” dielusnya pipi putih Bunda oleh Umar.
“Bunda gak apa-apa kok, nak. Bunda cuma kangen sama ayah,” sambil dikecupnya kening Umar yang baru pulang dari masjid.
“Bunda, emang ayah ke mana?” tanya polos Umar.
Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.
“Ayah udah ketemu sama Allah, nak. Ia tersenyum di sana. Ayah titip pesen kalo Umar harus jaga Bunda. Kau mau, nak?” tanya Bunda sambil mengusap air mata.
“Mau, Bunda. Bunda kesayangan Umar. Umar pastiii jagaa bunda,” sambil tersenyum riang Umar menjawab.
Tawa kecil pun meledak di malam sunyi itu.
“Ayo, nak. Mari kita tidur. Besok pagi-pagi kita temui ayah. Umar harus janji sama ayah bakal jaga Bunda ya?” ajak Bunda.
“Iya, Bunda. Umar janji jaga Bunda,” mata Umar pun seraya tertutup.
“Masya Allah…” teriakku terbangun dari tidur. Tak terasa sudah hampir 3 jam aku tertidur amat pulas. Sesaat tersadar kalau malam ini, aku bermimpi bertemu Umar dan suamiku.
“Allahu akbar…” tak terasa aku kembali meneteskan air mata.
Terkenang semua yang pernah terjadi malam ini, kecelakaan yang merengut kedua belahan jiwa membuatku kembali menitikan air mata.
Masih ingat olehku, bagaimana senyum manis Umar sebelum berangkat shalat ke masjid. Masih ingat olehku, bagaimana suamiku mencium keningku sebelum aku pergi tidur.
“Tuhan… Jaga belahan Jiwaku. Berilah mereka tempat yang lapang, ya Rabb. Kumpulkan mereka sebagai umatmu yang bertakwa. Tuhan… Kumpulkan kami kembali di JannahMu. Aku rindu Umar…” do’aku lirih menutup qiyamul lail malam ini.
Bunda sayang kalian… Tunggu bunda yah! Kita pasti akan bertemu kembali, sayang.
Laa ilaaha illaa annta subhaanaka inni kunntu minazhahaalimin. ..Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’ azhim

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari membaca notes ini
Silahkan SHARE ke rekan anda untuk berbagi.

Romantisnya Rasulullah SAW

Buat para suami-suami, seringkali kita memperdebatkan dan memperbincangkan permasalahan yang berkaitan dengan kebahagiaan berumah tangga.
Seorang bapak (suami), pernah bertanya dalam sebuah dialog interaktif konsultasi keluarga di sebuah situs Islam lokal, tentang bagaimana mendapatkan kasih sayang dan pengabdian istri. Dan yang tidak kalah ‘heboh’, tidak sedikit pertanyaan yang ujung-ujungnya ingin melakukan poligami dengan berbagai alasan tentunya.
Poligami, jelas sangat diperbolehkan dan dicontohkan oleh baginda Rasul meski pun dalam tradisi dan budaya masyarakat kita, beristri lebih dari satu masih merupakan hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu.Namun sepertinya, ada hal yang sering terlupakan oleh para suami, sudahkah kita mencontoh Rasulullah dalam urusan romantisme berumah tangga? Sehingga Nabi SAW karena romantismenya yang luar biasa terhadap para istri beliau tidak pernah kita mendengar ada masalah yang besar dalam rumah tangga bersama para istrinya.
Jadi, untuk sementara kesampingkan dulu masalah seperti ketidakbahagiaan beristri yang usianya lebih tua, rumah tangga tidak harmonis, sehingga memunculkan wacana yang saat ini sedang ngetrend; poligami.
Padahal sesungguhnya jika kita mau merenunginya kembali, bisa jadi permasalahan utamanya sangat sederhana; kita kurang romantis!
Mari kemudian kita cermati tauladan dari Rasulullah, manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami.
Rasulullah SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami. Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya.
Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”. Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti”
Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.
Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya”. Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.
Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”.
Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka.
Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. “Wahai si pipi kemerah-merahan” adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah.
Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan berumah tangga. Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya.
Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.
Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumah tangga kita?
Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum, bukan begitu?
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari membaca notes ini
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat

Wasiat Terakhir Imam Al-Ghazali

Imam Ghazali terbangun pada dini hari dan sebagaimana biasanya melakukan shalat dan kemudian beliau bertanya pada adiknya, “Hari apakah sekarang ini?” 
Adiknya pun menjawab, “Hari senin.”
Beliau kemudian memintanya untuk mengambilkan sajadah putihnya, lalu beliau menciumnya, Menggelarnya dan kemudian berbaring diatasnya s…ambil berkata lirih, “Ya Allah, hamba mematuhi perintahMu,”
… dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya.Di bawah bantalnya mereka menemukan bait-bait berikut, ditulis oleh Al-Ghazali ra., barangkali pada malam sebelumnya.
“Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku, mati Menangis untukku dan berduka bagiku
Janganlah mengira bahwa jasad yang kau lihat ini adalah aku
Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku,
Aku adalah jiwa, sedangkan ini hanyalah seonggok daging
Ini hanyalah rumah dan pakaian ku sementara waktu.
Aku adalah harta karun, jimat yang tersembunyi,
Dibentuk oleh debu ,yang menjadi singgasanaku,
Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya,
Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkar ku
Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sbg kenangan
Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku
Dan menyiapkan aku tempat di surga tertinggi,
Hingga hari ini , aku sebelumnya mati, meskipun hidup diantara mu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kubur ku telah ditanggalkan.
Kini aku berbicara dengan para malaikat diatas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku.
Aku melihat Lauh Mahfuz, dan didalamnya ku membaca
Apa yang telah, sedang dan akan terjadi.
Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah,
Buanglah sang jimat, itu hanyalah sebuah kenang2an, tidak lebih
Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luar ku,
Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan
Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal.
Rumah kalian bukanlah tempat ku lagi.
Janganlah berpikir bahwa mati adalah kematian, tapi itu adalah kehidupan,
Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita disini,
Di kehidupan ini, kita diberikan tidur,
Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjang
Janganlah takut ketika mati itu mendekat,
Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini
Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu,
Bersyukurlah pada KaruniaNya dan datanglah tanpa takut.
Aku yang sekarang ini, kau pun dapat menjadi
Karena aku tahu kau dan aku adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya
Badan badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah milik kita
Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan
Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya.





Puasanya Dua Wanita Pengunjing ..?

Benarkah Kisah “Puasanya Dua Wanita Penggunjing”?

Oleh : Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf hafidzahullah
Alkisah
Dikisahkan bahwa pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ada dua orang wanita yang berpuasa, lalu ada yang menceritakan perihal keduanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, disini ada dua orang wanita yang berpuasa, keduanya hampir mati karena kehausan.” Ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam malah berpaling dan tidak menggubrisnya. Orang itu pun datang lagi kepada beliau dan kembali menceritakan kejadian tersebut. Dia berkata: “Wahai Rasulullah keduanya hampir mati.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Panggil keduanya.” Akhirnya kedua wanita itupun datang. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meminta untuk diambilkan sebuah ember, lalu beliau bersabda: “Muntahlah.” Maka salah satu dari keduanyapun muntah, ternyata dia memuntahkan air nanah bercampur darah sehingga ember itu penuh, lalu beliau bersabda: “Kedua wanita ini berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah namun malah berbuka dengan apa yang diharamkan olehNya, keduanya duduk-duduk untuk makan daging manusia.” [1]
Kemasyhuran Kisah
Kisah in cukup masyhur dan banyak disampaikan oleh sebagian penceramah terutama saat bulan ramadhan untuk memperingatkan kaum muslimin yang sedang berpuasa agar tidak melakukan perbuatan haram semacam menggunjing.
Derajat Kisah Ini
Kisah ini LEMAH.
Syaikh al-Albani (silsilah Ahadist Dho’ifah 519) menyebutkan hadist:
“Sesungguhnya kedua orang wanita ini berpuasa dari ada yang dihalalkan oleh Allah namun berbuka dengan apa yang diharamkan oleh Allah atas keduanya. Salah seorang dari keduanya duduk pada yang lainnya lalu keduanya memakan daging manusia.”
Kemudian beliau (al-Albani) berkata: “Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5/431) dari seseorang dari Ubaid maula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: – lalu rowi hadist ini menceritakan kejadian diatas -. Sanad hadist ini lemah karena ada seorang rowi yang tidak disebut namanya. Al-Hafidz al-Iraqi (1/211) berkata: “Dia seseorang yang tidak dikenal.” Hadist ini juga diriwayatkan oleh ath-Thoyalisi (1/188), Beliau berkata: “Telah menceritakan kepada kami Robi’ dari Yazid dari Anas.” Sanad ini sangat lemah. Robi’ (yang dimaksud) ini adalah Robi’ bin Shobih, dia seorang yang lemah. Sedangkan Yazid (yang dimaksud disini) adalah Yazid bin Aban ar-Ruqosyi, dia seorang yang matruk (hadistnya ditinggalkan).”
Faedah
1.  Faedah pertama :
Kendati diketahui bahwa hadist ini lemah, janganlah seorang pun beranggapan bawah ghibah (menggunjing orang lain) saat puasa diperbolehkan. Pembahasan tentang lemahnya hadist ini sama sekali tidak menunjukkan hal itu. Akan tetapi, perlunya dibahas tentang kelemahan kisah ini hanya untuk menunjukkan bahwa kisah ini tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Mengenai masalah ghibah, tidak ada seorang pun yang meragukan bahwa ghibah adalah haram baik pada saat puasa maupun tidak. Ketika menafsirkan Surat al-Hujorat ayat 12 diatas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ghibah haram menurut kesepakatan para ulama dan tidak ada perkecualian sedikitpun selain yang lebih kuat mashalatnya seperti untuk jarh dan ta’dil atau untuk sebuah nasihat.”
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Para ulama sepakat bahwa ghibah merupakan dosa besar.”
Terlalu banyak dalil yang menunjukkan atas hal itu, diantaranya adalah ayat diatas dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam hadist berikut:
Dari Anas radhiyallahu ‘anh, Beliau berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Pada saat di mi’rojkan saya melewati satu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka. Maka saya  bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang makan daging manusia (berbuat ghibah, Pen) dan mencela kehormatan orang lain” (HR.Abu Dawud: 4878, liat shahih Targib: 2839)
Disamping itu, orang yang melakukan ghibah saat berpuasa dikhawatirkan puasanya tidak akan berpahala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan haram dan malah mengerjakannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR.al-Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Puasa adalah perisai, maka jangan berkata kotor, dan jangan berbuat kebodohan. Jika ada seseorang yang memerangimu dan mencelamu maka katakanlah: “Saya sedang pausa.” (HR.al-Bukhori dan Muslim)
2.  Faedah Kedua
Apakah ghibah membatalkan puasa ataukan tidak? Jawabannya, ghibah dan perbuatan haram lainnya tidak lah membatalkan hakikat puasa. Hanya, perbuatan haram tersebut bisa membatalkan atau mengurangi pahala puasa, sebagaimana keterangan diatas. Sementara itu, Ibnu Hazm rahimahullah menganggap bahwa semua perbuatan haram tersebut bisa membatalkan puasa seseorang. Beliau berkata (al-Muhalla no.734): “Puasa juga bisa batal dengan menyengaja berbuat maksiat, apapun perbuatan maksiat tersebut tanpa ada satu pun terkecuali, jika dia melakukannya dengan sengaja dan ingat kalau sedang puasa. Seperti menyentuh dan mencium selain istrinya, atau berdusta, ghibah, namimah (mengadu domba), sengaja meninggalkan shalat, berbuat dzalim (aniaya), atau perbuatan haram lainnya.”
Namun yang benar – insya Allah – adalah pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bawah ghibah tidaklah membatalkan puasa. Wallahu A’lam.
Note :
[1] Maksud lafadz “berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah” adalah keduanya menahan diri dari makan makanan halal, karena puasa keduanya saat itu adalah puasa Sunnah, sedangkan makna “dan berbuka dengan yang diharamkan oleh Allah” adalah bawah saat keduanya puasa, keduanya berbuat ghibah (menggunjing orang lain) sedangkan pelaku ghibah itu sama saja dengan memakan daging bangkai manusia: sebagaimana Firman Allah (yang artinya): “Hai orang-orang beriman , jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.al Hujarat [49]: 12]

Rabu, 11 Juli 2012

BOHONG IBU KARENA CINTA


Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepat adalah CINTA!! Cinta di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan berlainan jenis, namun lebih kepada cinta universal.  Cinta seorang ibu / ortu pada anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatan terbesar yang dimiliki yang bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA


Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.