Jumat, 09 Maret 2012

KISAH NYATA..!!

Kisah Seorang Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang




Oleh: Mustamid
SI SUATU tempat di Prancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama "Jad" berumur 7 tahun.

Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.

Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan memberitahu kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana kebiasaannya. Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya.

"Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu”, ujar Jad sebagai tanda persetujun.

Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad si anak Yahudi

Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad.

Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari-hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan tinggi.

14 Tahun Berlalu

Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun.

Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di dalam kotak tersebut ia letakkan sebuah buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi.

Jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa tergoncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya,  dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya.

Hari-haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya.

Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku itu, akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa membacanya. Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi.

Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menerangkan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut.

Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini bertanya, "Buku apa ini?"
Ia menjawab, "Ini adalah Al-Qur'an, kitab sucinya orang Islam!"

Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,

Jad lalu kembali bertanya, "Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?"
Temannya menjawab, "Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!"

Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam!

Islamkan 6 juta orang
Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an.

Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.

Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat :

((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ...!!))

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!!...” [QS. An-Nahl; 125]

Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya.

Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lainnya.

Akhir Hayat Jadullah

Jadullah Al-Qur'ani, seorang Muslim sejati, da'i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit. Kala itu beliau berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa berdakwah.

Kisah pun belum selesai

Ibu Jadullah Al-Qur'ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.

Sang ibu bercerita bahwa –saat putranya masih hidup– ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar.

Yang menjadi pertanyaannya, "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?"

Jadullah Al-Qur'ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: "Hai orang kafir!" atau "Hai Yahudi!" bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap: "Masuklah agama Islam!"

Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur’an.

Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zolo. Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur’ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani.

Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur’ani. Dan Jadullah Al-Qur'ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci.

Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur'ani, kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai "Syaikh Kaum Revolusioner Mesir". Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota Lembaga Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam.

Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur'ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan bid'ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim.

Dulu da'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui kadar iman yang dimiliki setiap orang.

Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah swt. kepada Nabi Musa dan Harun –'alaihimassalam– saat mereka akan pergi mendakwahi fir'aun. Allah berfirman,

((فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى))

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

Bayangkan, Fir'aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia Kafir Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari Fir'aun, di mana Al-Qur'an pun merekam kekafirannya hingga kini?

Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?

Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini.
Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam.
Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam keadaan kafir. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min Dzalik.

Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam –'alaihissalam–. Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah!

Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti" akidah orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah saudara seislam seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang bahu-membahu demi perkara yang baik-baik saja. Wallahu Ta'ala A'la Wa A'lam Bis-Shawab.*

Penulis adalah mahasiswa Program Licence Universitas Al-Azhar Kairo Konsentrasi Hukum Islam.Facebook; Mustamid
Keterangan: Muslim Afsel dan foto Penulis

Sabtu, 03 Maret 2012

Dapur Suhu: Muhammad Rasulullah SAW ( lukisan,bhn kain,cat min...

Dapur Suhu: Muhammad Rasulullah SAW ( lukisan,bhn kain,cat min...

Dapur Suhu: Pujian Kepada Orang yang sholeh adalah kegembiraan...

Dapur Suhu: Pujian Kepada Orang yang sholeh adalah kegembiraan...: عن ابى در قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم ارايت الرجل يعمل العمل من الخير و يحمده النا س عليه قال تلك عاجل بشرى المؤمن Dari Abu Dzar,dia...

Dapur Suhu: Fadilah sholawat

Dapur Suhu: Fadilah sholawat: Rasulullah SAW bersabda : " sesungguhnya manusia yang paling utama di sisiku kelak di hari kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca s...

Dapur Suhu: Sekolah Ke GONTOR

Dapur Suhu: Sekolah Ke GONTOR: M asih tersimpan dalam ingatanku waktu itu tanggal 15 Ramadhan tapi aku lupa harinya apa?..tahun 1983 setelah lulus dari Sekolah Dasar aku s...

Dapur Suhu: Sekolah Ke GONTOR

Dapur Suhu: Sekolah Ke GONTOR: M asih tersimpan dalam ingatanku waktu itu tanggal 15 Ramadhan tapi aku lupa harinya apa?..tahun 1983 setelah lulus dari Sekolah Dasar aku s...

Jumat, 02 Maret 2012

Sekolah Ke GONTOR

Masih tersimpan dalam ingatanku waktu itu tanggal 15 Ramadhan tapi aku lupa harinya apa?..tahun 1983 setelah lulus dari Sekolah Dasar aku sempat di daftarkan orang tua di salah satu Sekolah Menengah Pertama di kota Banjarmasin di jln Nagasari. sekarang sekolah itu sudah jadi Hotel Nasa dan tempat Karoke.Malam itu ada acara selamatan dirumah temanku Faisal Akbar,kabarnya dia pengen sekokah ke Jawa, aku ngak tau sekolah apa dan dimana?, karna emang aku ngak peduli hal demikian. yang kusuka adalah bermain dengan teman-temanku, mengisi malam-malam Ramadhan dengan main petasan,petak umpet,naikin mobil yg sedang jalan..dll.dan akupun ngak hadir dalam acara selamatan dirumah temanku Faisal itu.sudah puas bermain dengan teman-teman aku pulang berbarengan dengan pulangnya para jamaah sholat tarawih di langgar Cahaya Iman dekat rumahku.sampai dirumah aku dipanggil ibuku. " Sur..sini..! " kata ibuku. akupun menghampirinya sambil mata merem melek. " iya..maa..ada apa ma..?" aku duduk disampingnya, mendengarkan apa yang akan dikatakannya. " Sur..kamu mau ngak sekolah ke Jawa..?" kata ibuku bertanya.aku diam dan berusaha mengerti maksud pertanyaan ibu,tapi akupun juga belum mengerti,tapi berusaha menjawab sebisaku." mau..! dengan siapa ma..? " " dengan Faisal...!!" kata ibu pasti." besok berangkatnya jam 12.00...sekarang cepat tidur, besok pagi kita kepasar, membeli perlengkapan kamu dan mengurus surat-surat keperluanmu untuk berangkat ke Jawa. " aku berlalu dari ibuku sambil berfikir,besok berangkat ke Jawa,Jawa mana aku ngak tau, sekolah mana juga aku ngak tau.

         Jam 05.00.pagi aku di bangunkan ibuku, beliau menyuruhku sholat subuh dan mandi, katanya pagi ini juga ibuku akan mengajakku kepasar buat beli keperluanku nanti. benar saja sekitar jam delapan pagi kami kepasar Teluk Dalam dengan berjalan kaki. ibu membelikan baju,celana panjang ,baju koko,kopiah dan keperluan mandi..aku masih bertanya dalam hati..emang mau tinggal berapa lama aku di sana?..emm ngak taulah..!! pikirku dalam hati. Pada hari itu juga aku diajak ayahku ke kantor Polsek banjar barat buat ngurus surat kelakuan baik...dalam hati aku mikir lagi ..emang kelakuanku selama ini ngak baik apa?  sampe pakai surat kelakuan baik segala...tapi biarlah pokoknya aku ikutin aja..kataku lagi dalam hati.

          Sesampai dirumah Tas koper udah siap. kudengar temanku Rifani teman satu kelas dan juga tetangga dekatku,karna rumahnya bersebelahan dengan rumahku. dia juga ikut ke Jawa. sepertinya diapun juga bingung mau kemana...hehehe..aku hannya bisa tertawa dalam hati padahal akupun ngak ngerti apa yang sedang aku tertawakan...?

          Sesuai rencana jam sepuluh pagi kami berangkat naik mobil taxi Colt diantar sama ibu,ayah,kakak dan adik-adikku,maklum aku anak ke lima dari delapan bersaudara. empat putra empat putri.juga ada beberapa teman kakak. pokonya mobil taxi itu penuh.Masih ku ingat saat itu aku pake baju batik dan celana panjang pake peci itam..hehehe kaya mau kondangan aja...candaku dalam hati.tahun 1983 suasana Banjarmasin  memang tak seramai sekarang, banyak mobil dan kendaraan, dulu dijalan masih rame gerobak sapi, dan mobil juga ngak begitu banyak, jalan juga masih dua jalur yang sempit, tapi suasananya emang asri dan masih sejuk karena di sebelah kiri dan kanan masih banyak terdapat pepohonan yang rindang.jadi kalo kita berada di dalam mobil taxi biar penuh tetap aja terasa sejuk bahkan bisa ketiduran.

           kurang lebih satu jam perjalanan, sampailah kami di Bandara Samsuddin Noor.disana ternyata aku di kenalkan oleh orang tua Faisal dengan teman-teman yang juga pengen sekolah ke Jawa selain Faisal,mereka itu Gazali Mukri Gawit,Sholahuddin Mukri Gawit dan Sarmadi.si Faisal  sekarang aku ngak tau ada di mana.Ust. Gazali Mukri Gawit,Lc. sekarang menjadi Pimpinan Pondok Pesantren Manbaul U'lum,setelah menyelesaikan pendidikan di Gontor terus ke Pakistan, demikian pula adiknya Ust.Sholahuddin Mukri Gawit.Lc, yang ketika  di Gontor sempat beberapa kali satu kelas.sedangkan si Sarmadi sempat beberapa kali ketemu, tapi akupun ngak tau apa aktifitasnya sekarang.

           Saat keberangkatan telah tiba,barang yang kubawa sebuah koper berisi pakaian dan keperluan lainnya harus dimasukkan bagasi,maka kamipun harus berpisah dengan orang tua dan saudara, aku jabat tangan mereka satu-satu demikian pula saudara-saudaraku dan orang tua dari teman baruku,kami memasuki pintu pemeriksaan tiket. kulihat ibuku menangis, aku hannya bisa melambaikan tangan lewat jendela kaca, haru memang tapi itulah sebuah pengorbanan.Di dalam pesawat aku duduk disamping jendela,kulihat keluargaku dari kejauhan tidak terlalu nampak tapi kuyakin tapi pasti mereka menanti pesawat kami berangkat.benar saja tak berapa lama roda pesawat mulai berputar tanda pesawat sudah mulai jalan,pramugari memperingatkan kami agar memakai sabuk pengaman dengan benar, dan mebetulkan posisi duduk agar tidak mengganggu kenyamanan dalam perjalanan.kuliat temanku Faisal udah tertidur juga sebagian penumpang lainnya,tapi aku ngak bisa tidur atau memejamkan mata barang sejenak,pikiranku terus melayang menuju kampung halaman,sesekali menyadari kenapa aku mau ikut pergi sekolah ke Jawa? padahal di Banjarmasin kan ada...pikirku dalam hati.terpisah dengan keluarga,apalagi dengan ibu, aku sangat menyayanginya, meskipun sewaktu di rumah dulu aku termasuk anak yang  bandel dibanding  ketujuh saudaraku yang lain.tanpa terasa aku meneteskan air mata, aku menangis,menangis menyesali diriku,mengapa ketika  masih bersama ibu dan keluarga aku tidak menunjukkan sikap yang baik,tidak bandel,tidak sering meninggalkan rumah cuman buat bermain dengan teman-teman, yang pada akhirnya pilihan untuk sekolah ke Jawa adalah aku? sehingga aku berpisah dengan mereka...tanpa terasa akupun terlelap, mungkin karena kami kelelahan atau karena dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

          Setibanya di bandara Juanda Surabaya, kami turun dari pesawat namun rasa ngantuk masih terasa.sambil menunggu barang bagasi aku tertidur lagi di kursi tunggu, masih sempat pula aku bermimpi tentang saudara-saudaraku terutama ibuku. H.Asri Saad  yang mendampingi kami dari Banjarmasin menuju Gontor adalah orang tua Faisal,beliau pula yang membujuk ayahku dan ayah Rifani agar menyekolahkan anaknya ke Gontor.Beliau meninggal dunia pada saat aku sudah kelas 3, dan ketika beliau pindah tugas ke Malang karena suatu penyakit, kisah ini akan menyusul kemudian.di Surabaya kami bermalam satu hari di rumah saudara pak Asri saad, kami berbuka puasa dan istirahan,aku masih mabuk darat, maklum aku ngak pernah melakukan perjalanan sejauh ini.jalanku masih sempoyongan,dan makanku ngak normal.

TIBA DI GONTOR

           Setelah sholat subuh kami bersiap -siap berangkat ke Gontor. Empat jam perjalan mulai Surabaya ke Gontor memang cukup melelahkan,tapi bagiku ini adalah sebuah perjalan yang menyenangkan,aku dapat melihat suasana kota Surabaya, keramahan masyarakatnya,keaneka ragaman budayanya...wahh pokoknya senang aja. kataku dalam hati. Ketika memasuki pintu gerbang . tertulis disana dengan tuisan besar  " SELAMAT DATANG DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR PONOROGO " kemudian ketika mobil melewati pintu gerbang,aku liat lagi ada spanduk besar bertulisan " UDKHULUU FII GONTOR KAFFAH " aku ngak ngerti apa artinya, makanya aku diam aja, belakangan setelah aku belajar bahasa arab, baru aku ngerti bahwa tulisan besar di spanduk itu artinya " masuklah ke gontor secara kaffah, keseluruhan.. " jiwa dan raganya jangan setengah- setengah, sebab kalo masuk Gontor setengah-setengah maka tidak akan berhasil. dan hannya akan menjadi benalu dan parasit. di gedung penerimaan tamu kami disambut ramah oleh beberapa orang santri dengan potongan rambut cepak, pake jas hitam dan ada namanya berwarna kuning tergantung di dada sebelah kiri. kadang-kadang mereka pake bahasa arab.belakangan kutau mereka itu adalah kakak kelas enam  yang baru naik dari kelas lima dan semua harus jundi ( potong rambut cepak,kaya ABRI ).

           Dari tempat Penerimaan tamu kami diantar menuju Tempat pendaftaran siswa Baru. setelah mengisi formulir dan membayar biaya administrasi dan lainnya kami menuju ke rayon...( duh..aku lupa namanya...) rayon itu berada dekat dengan kantin dan juga dekat dengan dapur umum.ternyata di kamar itu sudah ada beberapa orang santri CAPEL ( Calon Pelajar ) yang juga datang dari berbagai daerah dengan tujuan yang sama. Malam itu juga dengan diantar pak Asri Saad kami ke koperasi untuk membeli kasur,kitab al-Qur'an buku tulis, beli piring, cangkir, sendok,sabun mandi,sabun cuci,pasta gigi,sikat gigi,gantungan baju,sendal jepit dan keperluan lainnya . maklumlah datang ke Gontor ngak bawa apa-apa.

            Kesan pertama ketika makan di dapur umum, luar biasa panjang antriannya,tua muda,besar kecil masing-masing berjajar kebelakang panjang kaya ular,mungkin lebih panjang lagi. masing-masing bawa piring dan luar biasanya ngak ada yang pake serobot-serobotan,semua ngantri dengan tertib. kakak kelas enam yang bertugas menjaga ketertiban di dapur umum itu berdiri ditengah-tengah mengawasi kami semuanya. tibalah giliranku untuk mendapatkan jatah makan buat berbuka puasa, nasi,sayur urap,dan satu  tahu goreng,...cuman itu. kemudian untuk minumnya satu gelas bubur kacang ijo. inilah kesan pertama tentang kesederhanaan,kesabaran,belajar disiplin. berbeda dengan apa yang biasa aku alami di rumah tentunya. belum di terima saja di Gontor sudah mendapatkan pelajaran yang berharga apalagi sudah lulus dan diterima menjadi pelajar di Pondok Modern Darussalam Gontor.

             Setiap hari kami di bangunkan oleh mudabbir ( kakak pembimbing di rayon ) untuk makan sahur dan kemudian sholat subuh berjamaah di Mesjid Jami Gontor.sehabis sholat  subuh kami tadarus Al-Qur'an.kemudian dilanjutkan dengan belajar imla,dan beberapa materi lainnya. dibimbing langsung oleh kakak kelas enam satu daerah, tempatnya bisa dirayon,dimesjid kadang pula di aula.

 Kedatangan Orang Tua

          Jujur saja ketika berangkat ke Gontor itu aku,oleh orang tua cuman dikasih 15 ribu rupiah.celakanya lagi ketika aku kehabisan uang buat beli keperluan...aku ngak ingat alamat rumah,mau nulis surat buat minta dikirimin uang,kemana ngirimnya...? nulis surat aja ngak pernah. tambah sedih lagi koper bajuku rusak...sesaat aku termenung, kalo aku dirumah aku ngak bakalan kaya gini ...kataku dalam hati. aku berusaha menghibur diri dengan bersenda gurau dengan teman-teman sekamar,tapi tetap aja masih ada kesedihan dihatiku.aku kehabisan uang,mau pinjam malu..!!,teman-teman sedaerah mungkin juga nasibnya sama.sama-sama ngak punya uang.Syukurlah...keadaan ini berangsur hilang,perasaan sedih berpisah dengan orang tua,perasaan rindu pada kampung halaman perlahan-lahan sirna.aku mulai dapat beradaftasi dengan lingkungan pondok,mengikuti segala disiplin dan aturan pondok,mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.Alhamdulillah..justru aku mulai merasa betah tinggal di pondok, aku sudah mendapatkan kawan baru dari berbagai daerah,berbagi cerita,berbagi suka dan duka bersama mereka,sehingga mereka seperti saudara sendiri.

           Tanpa terasa sudah 14 hari aku berada di Gontor,itu berarti tanggal 29 Ramadhan,besok lebaran..Hari Raya Idul Fitri.berarti sampai hari esok aku masih ngak punya uang.biasa waktu masih berada di rumah,sering dikasih angpau bila tiba hari lebaran,atau pada esok hari saat lebarannya.sehabis sholat Isya dimalam lebaran itu aku menangis,bukan karena ngak punya uang,tapi karena rindu dengan ibuku...rindu kampung halamanku.lama aku duduk diatas sajadah sambil menundukkan kepala...aku hannya bisa menagis....ternyata ada beberapa anak yang juga sama seperti aku,menangis. mungkin merekapun merindukan orang tuanya seperti aku.malam lebaran itu memang banyak orang tua santri yang datang menjenguk anaknya. mereka datang dari berbagai daerah.

            Pagi itu kami dibangunkan mudabbir untuk sholat subuh,aku bergegas bangun takut kena sajadahnya mudabbir.setelah memakai sarung dan peci, tak lupa pakai baju putih polos lengan panjang yang dimasukkan bagian-bagian bawahnya dalam gulungan sarung, kemudian pake gesper,ikat pinggang dan sajadah dikalungkan ke leher,kemudian bersama-sama kawan ke mesjid.pagi itu pagi lebaran Idul Fitri.setelah sholat subuh kami disuruh oleh pengasuhan santri untuk berbaris, kemudian berjalan pelan mengitari lingkungan sekitar pondok sambil bertakbir..." Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allaahu Akbar..Laaa Ilaaaha Illallaaah huwallaaahu Akbar..Allaahu Akabar Walillaahil hamd.." wah senangnya,baru pertama kali ini aku bertakbir berkeliling kampung sekitar pondok...kataku dalam hati.setibanya di pondok kami langsung disuruh ke mesjid buat sholat Id dan mendengarkan Khutbah Hari Raya Idul fitri.menjelang akhir khutbah itu aku lihat ada beberapa kakak pengurus mesjid membawa kaleng dan membagi-bagikan uang logam 100 rupiah dari dalam kaleng tersebut,kepada sebahagian jamaah. Alhamdulillah aku mendapat dua keping uang logam. itulah dua keping uang logam lebaranku.

            Dua hari setelah lebaran orang tuaku datang.ayah,ibu dan adikku yang bungsu.beliau datang bersama dengan kedua orang tua Rifani dan seorang pamannya. mereka menggunakan kapal laut,yang ditempuh selama satu hari dua malam.aku senang ayah dan ibuku tlah datang,kusampaikan suka dukaku kepada mereka selama menjadi CAPEL ( Calon Pelajar ).kulihat senyum bahagia di kedua mata mereka...masa capel sudah berakhir maka dengan kedatangan orang tuaku,aku mendaftar kembali menjadi santri baru.
kami masih terus belajar buat menhadapi ujian masuk Gontor. ketika ujian lisan,seorang penguji memberikan salah satu pertanyaan kepadaku " Siapa yang menyuruh kamu sekolah ke Gontor.." aku jawab aja " saya sendiri.." jawaban itu begitu saja meluncur dari mulutku.mungkin keinginan itulah yang sebenarnya ada dalam hatiku,atau karena aku takut tidak lulus? sehingga berbohong? wallahu a'lam.Ujian Imla dilaksanakan di dalam Qo'ah,gedung pertemuan sudah berakhir tinggal menunggu pengumuman kelulusan.

            hari-hari menjelang pengumuman kelulusan tak ada yang aku lakukan selain kegiatan rutinitas pondok.kami hannya main tenis meja dan kadang jalan-jalan sekitar pondok.kebetulan orang tuaku masih berada di pondok menemaniku hingga berakhir pengumuman kelulusan, menjadi santri baru Gontor.

Ke Pesantren Wali Songo Ngabar 

            Pagi itu setelah sholat subuh dan makan pagi udah selesai,aku dan teman-teman bersiap-siap mengemasi barang.buat apa? hari itu adalah hari pengumuman kelulusan menjadi santri Gontor.kalau di terima,maka aku tetap berada di gontor,tapi kalau ngak lulus,maka aku harus meninggalkan Gontor dan mencari pondok lain atau kembali ke kampung halaman.